HarDikNas 2011
Jelang Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei 2011
Intropeksi Pendidikan Jelang Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei 2011
Oleh : Bayu Pramutoko,SE
( Ketua Umum GPIM )
Pendidikan adalah suatu kebutuhan terus
menerus manusia, dalam kehidupannya
untuk menunjang kualitas hidupnya yang diharapkan akan mendapatkan hasil dari apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan yang sekarang ini ada terdapat dua dimensi yaitu pendidikan formal dan informal, formal yang melalui jenjang sekolah namun kalau informal diluar jenjang sekolah. yang Secara umum kita memandang bahwa Pendidikan merupakan upaya sadar orang dewasa (terencana ataupun tidak), bertujuan untuk mewujudkan peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan. Baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan nasionalpun telah berupaya menjawab dan mengendalikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan pemerataan kesempatan pendidikan secara serasi, selaras dan seimbang.
untuk menunjang kualitas hidupnya yang diharapkan akan mendapatkan hasil dari apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan yang sekarang ini ada terdapat dua dimensi yaitu pendidikan formal dan informal, formal yang melalui jenjang sekolah namun kalau informal diluar jenjang sekolah. yang Secara umum kita memandang bahwa Pendidikan merupakan upaya sadar orang dewasa (terencana ataupun tidak), bertujuan untuk mewujudkan peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan. Baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan nasionalpun telah berupaya menjawab dan mengendalikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan pemerataan kesempatan pendidikan secara serasi, selaras dan seimbang.
Dengan sistem pendidikan nasional tersebut telah direncanakan dan
dilaksanakan berdasarkan amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia merlindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
1). Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja
yang melimpah ruah, pengangguran terjadi di mana-mana, premanisasi
semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda.
2). Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi.
3). Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks.
4) Pergaulan anak dan orang tua kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih mementingkan kepada materi dan keilmuan.
5).Persoalan agama hanya merupakan
simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah dan syari’atnya kurang
dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan identitas
keagamaannya.
Di samping persoalan di atas, pendidikan juga tidak lepas dari persoalan
orang tua, di sana sini terkandung beban yang sangat berat guna membina
generasi muda yang memiliki “BOM” (Basic of Material). Banyak orang tua
yang tidak bisa menyesuaikan harga (pembiayaan) pendidikan yang cukup
mahal.
Kita tahu bahwa banyak terjadi
persoalan tentang pendidikan di Negara Kita, dari mulai mahalnya
pendidikan, fasilitas pendidikan yang tidak memenuhi syarat, korupsi
disana-sini, praktek percaloan pendidikan, proyek pendidikan yang
akhirnya menyensarakan rakyat, sekolah RSBI (rintisan sekolah bertararaf
Internasional) yang akhirnya gurunya juga tidak semua berbahasa
Inggris, dan pemaksaan lain yang terkesan Instan serta ego kekuasaan
yang mengintervensi dunia pendidikan kita.
Perbaikan Pendidikan tidak bisa
diselesaikan hanya dengan satu atau dua tahun atau 1 periode atau tiap
ganti menteri pendidikan ganti kebijakan. Pendidikan harus bisa
menekankan sebagai upaya sadar bahwa pendidikan itu berkelanjutan, bisa
saja tahun ini berhasil dengan baik tahun depan akan belum tentu lebih
baik, seperti pada kasus Ujian Nasional yang tiap tahun ganti aturan
tapi tetap saja naskah soalnya bocor dan persoalan bertambah tiap
tahunnya. Sehingga masyarakat menjadi bingung sebenarnya mau dibawa
kemana arah pendidikan nasional kita.
Banyak pakar, pengamat pendidikan
dan ahli pendidikan memberikan kritik yang membangun dan ada juga yang
menjatuhkan, toh pada akhirnya kebijakan akan kalah dengan kuatnya
kekuasaan, budaya ewuh pakewuh sering kali menyertai setiap tindakan
untuk memajukan pendidikan kita.
Anak-anak sekolah yang duduk dibangku
SD,SMP,SMA sangat berat menerima beban pendidikan yang harus
diselesaikan karena tuntutan aturan dari kurikulum yang baru, kekuatan
para pengusaha buku yang memberikan keleluasaan mereka untuk
mencengkeram dengan produksi buku-buku dengan menyogok kepala sekolah
dan guru yang menggunakan bukunya dengan imbalan yang besar dari
pengusaha penerbitan.
Ternyata orang tualah yang menjadi
korban berikutnya, pendapatan secara ekonomi tidak meningkat namun
pengeluaran terus meningkat, tuntutan anak untuk mendapatkan pendidikan
yang layak terus diupayakan akibatnya kualitas hidup mereka akan
berkurang sebagai konsekwensi pendidikan anak. Terus bagaimana akan
mencapai maksimal prioritas kalau setiap persoalan tidak ada
penyelesaiannya.
Keinginan kami adalah agar para penentu
kebijkan itu menyadari bahwa kita masih berat kalau kebijakan pendidikan
itu tidak dikawal dengan baik atas nama rakyat, misalnya, jangan terus
karena RSBI yang diusung oleh para kepala sekolah yang telah menikmati
hasilnya dengan tanda tangan bersama lantas pemerintah daerah dan pusat
mengiyakan untuk dilanjutkan, padahal terjadi diskriminasi yang begitu
besar terhadap orang yang tak mampu secara biaya tapi mampu secara
intelektual karena tidak bisa menikmati fasilitas yang diberikan oleh
sekolah yang katanya RSBI itu.
Semoga tulisan ini menjadi perhatian kita bersama. Hari ini kita berjuang bukan untuk diri kita tapi untuk anak cucu kita.
Kediri, 20 Maret 2011
0 komentar: