Selasa, 10 Mei 2011

Diposting oleh Sebaung Satu | 0 komentar

HarDikNas 2011

Jelang Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei 2011


Intropeksi Pendidikan Jelang Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei 2011
Oleh : Bayu Pramutoko,SE
( Ketua Umum GPIM )

Pendidikan adalah suatu kebutuhan terus menerus manusia, dalam kehidupannya
untuk menunjang kualitas hidupnya yang diharapkan akan mendapatkan hasil dari apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan yang sekarang ini ada terdapat dua dimensi yaitu pendidikan formal dan informal, formal yang melalui jenjang sekolah namun kalau informal diluar jenjang sekolah. yang Secara umum kita memandang bahwa Pendidikan merupakan upaya sadar orang dewasa (terencana ataupun tidak), bertujuan untuk mewujudkan peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan. Baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan nasionalpun telah berupaya menjawab dan mengendalikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan pemerataan kesempatan pendidikan secara serasi, selaras dan seimbang.
Dengan sistem pendidikan nasional tersebut telah direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia merlindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam kehidupan masyarakat masa kini, gambaran secara umum bisa dilihat dengan banyaknya kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya. Keluhan-keluhan tersebut meliputi ;
1). Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja yang melimpah ruah, pengangguran terjadi di mana-mana, premanisasi semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda.
2). Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi.
3). Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks.
4) Pergaulan anak dan orang tua kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih mementingkan kepada materi dan keilmuan.
5).Persoalan agama hanya merupakan simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah dan syari’atnya kurang dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan identitas keagamaannya.
Di samping persoalan di atas, pendidikan juga tidak lepas dari persoalan orang tua, di sana sini terkandung beban yang sangat berat guna membina generasi muda yang memiliki “BOM” (Basic of Material). Banyak orang tua yang tidak bisa menyesuaikan harga (pembiayaan) pendidikan yang cukup mahal.
Kita tahu bahwa banyak terjadi persoalan tentang pendidikan di Negara Kita, dari mulai mahalnya pendidikan, fasilitas pendidikan yang tidak memenuhi syarat, korupsi disana-sini, praktek percaloan pendidikan, proyek pendidikan yang akhirnya menyensarakan rakyat, sekolah RSBI (rintisan sekolah bertararaf Internasional) yang akhirnya gurunya juga tidak semua berbahasa Inggris, dan pemaksaan lain yang terkesan Instan serta ego kekuasaan yang mengintervensi dunia pendidikan kita.
Perbaikan Pendidikan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu atau dua tahun atau 1 periode atau tiap ganti menteri pendidikan ganti kebijakan. Pendidikan harus bisa menekankan sebagai upaya sadar bahwa pendidikan itu berkelanjutan, bisa saja tahun ini berhasil dengan baik tahun depan akan belum tentu lebih baik, seperti pada kasus Ujian Nasional yang tiap tahun ganti aturan tapi tetap saja naskah soalnya bocor dan persoalan bertambah tiap tahunnya. Sehingga masyarakat menjadi bingung sebenarnya mau dibawa kemana arah pendidikan nasional kita.
Banyak pakar, pengamat pendidikan dan ahli pendidikan memberikan kritik yang membangun dan ada juga yang menjatuhkan, toh pada akhirnya kebijakan akan kalah dengan kuatnya kekuasaan, budaya ewuh pakewuh sering kali menyertai setiap tindakan untuk memajukan pendidikan kita.
Anak-anak sekolah yang duduk dibangku SD,SMP,SMA sangat berat menerima beban pendidikan yang harus diselesaikan karena tuntutan aturan dari kurikulum yang baru, kekuatan para pengusaha buku yang memberikan keleluasaan mereka untuk mencengkeram dengan produksi buku-buku dengan menyogok kepala sekolah dan guru yang menggunakan bukunya dengan imbalan yang besar dari pengusaha penerbitan.
Ternyata orang tualah yang menjadi korban berikutnya, pendapatan secara ekonomi tidak meningkat namun pengeluaran terus meningkat, tuntutan anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak terus diupayakan akibatnya kualitas hidup mereka akan berkurang sebagai konsekwensi pendidikan anak. Terus bagaimana   akan mencapai maksimal prioritas kalau setiap persoalan tidak ada penyelesaiannya.
Keinginan kami adalah agar para penentu kebijkan itu menyadari bahwa kita masih berat kalau kebijakan pendidikan itu tidak dikawal dengan baik atas nama rakyat, misalnya, jangan terus karena RSBI yang diusung oleh para kepala sekolah yang telah menikmati hasilnya dengan tanda tangan bersama lantas pemerintah daerah dan pusat mengiyakan untuk dilanjutkan, padahal terjadi diskriminasi yang begitu besar terhadap orang yang tak mampu secara biaya tapi mampu secara intelektual karena tidak bisa menikmati fasilitas yang diberikan oleh sekolah yang katanya RSBI itu.
Semoga tulisan ini menjadi perhatian kita bersama. Hari ini kita berjuang bukan untuk diri kita tapi untuk anak cucu kita.
Kediri, 20 Maret 2011

0 komentar: